Ketika mendengar istilah Palapa maka yang tersirat dalam pikiran adalah Satelit Palapa dan Sumpah Palapa. Satelit Palapa sendiri dinamakan demikian untuk mengenang Jasa Patih Gajah Mada yang tidak akan memakan Buah Palapa seumur hidup sebelum bisa menyatukan Nusantara.
Sejak kecil kita diajarkan tentang kegagahan Patih Gajah Mada yang bersumpah tidak akan memakan Palapa. Yang terbayang saat itu adalah bahwa palapa itu adalah makanan atau sejenis buah-buahan. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana bentuk Buah Palapa itu dan bagaimana rasanya. Dan apa jadinya bila tidak makan Buah Palapa.
Rentetan pertanyaan lainnyapun muncul mengenai arti Sumpah Palapa itu. Kalau bersumpah tidak akan makan nasi tentu itu hal yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. Karena makanan pokok bangsa ini adalah Nasi. Begitu pentingnya nasi sehingga banyak yang merasa belum makan kalau belum makan nasi. Meskipun ia sudah makan roti, ketupat dll.
Sebelum membahas lebih lanjut mungkin perlu juga membaca lagi isi Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Patih Gajah Mada.
“Sira Gadjah Mada patih amangkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gadjah Mada: Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa." (Gajah Mada, Padmapuspita, 1966:38).
Berikut arti : Gadjah Mada sang Mahapatih tak akan menikmati palapa, berkata Gadjah Mada, “selama aku belum menyatukan nusantara, aku takkan menikmati palapa, sebelum aku menaklukan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pahang, Dompu, Pulau Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik, aku takkan mencicipi palapa
Menurut para Ahli, setelah ditelusuri ternyata Palapa yang dimaksud Patih Gajah Mada itu penuh dengan multi tafsir. Tidak ada yang memastikan apa arti sebenarnya dari sumpahnya. Bahkan tidak ada yang tahu apakah Palapa yang disebut itu sebuah makanan atau buah.
Dikutip dari Kompas dan National Geographic, banyak ahli sejarah dan budaya yang menafsirkan sumpah sang patih dengan cara berbeda.
Misalnya, M.Yamin menafsirkan palapa berarti Gajah Mada tidak akan bersenang-senang sebelum janjinya terucap.
Sedangkan Slamet Muljana, profesor yang ternama dengan Tafsir Sejarah Nagarakretagama yang kerap jadi referensi mengenai perjalanan Majapahit, menyebut bahwa amukti palapa artinya bebas tugas atau cuti.
Tafsiran lain datang dari pakar bahasa Jawa Kuno, P.J Zoetmulder, yang coba mengupasnya dari muasal arti amukti dan palapa. Menurutnya, amukti palapa diartikan "(mendapat) kesenangan yang tiada berakhir."
"Gajah Mada akan mendapat kesenangan yang tiada taranya jika saja seluruh wilayah Nusantara yang disebutkan dalam sumpahnya itu dapat mengakui kekuasaan Majapahit," papar Zoetmulder.
Dosen Arkeologi FIB UI Agus Aris Munandar dalam Gajah Mada Biografi Politik, menyebut bahwa ada sebagian kalangan yang mengartikan amukti palapa dengan "memakan buah kepala," atau "memakan buah palapa."
"Namun, jika buah kepala memang jelas maksudnya, ada buah yang dinamakan kelapa. Namun, 'buah palapa' sampai sekarang belum ada yang mengetahui bentuk apalagi rasanya," tulis Agus.
Lalu bagaimana menurut anda ?